Selasa, 02 Maret 2021

Antara logika etika dan estetika

 


Pagi ini terselip dalam diskusi 'posisi antara Logika, etika, dan estetika, tak boleh bertentangan'

Ditarik dalam konteks berpakaian antara ia sebagai perintah agama untuk menutup aurat dan ia sebagai fashion individu

Tak ada penghususan dalam islam bahwa pakean bagi perempuan harus jilbab bersegitiga, segi lima dan lain2, Yang ada adalah tutup aurat.

Kalau ada penghususan model, lalu bagaimana dengan di bima sudah ratusan tahun orang mengenakan budaya rimpu dari sarung, bukan jilbab. lantas apakah ia berdosa karena tak memakai jilbab sementara ia sudah menutup aurat.? (walaupun soal dosa adalah urusan Tuhan).

Itulah hebatnya orang2 tua dulu punya terobosan yang maju melampaui masanya

Sebaliknya hari ini, model tertentu dilekatkan sebagai sesuatu yang syar'i, sehingga lahir istilah pakean syar'i adalah seperti ini dan itu. makna ini mau diluruskan, bahwa syar'i adalah tutup aurat, apapun modelnya.

Juga bukan bungkus aurat, yang nantinya melahirkan jilbab model ikat leher (semoga ia tak sesak nafas atau ikat leher di pohon😅)

Terkadang etika agama dikalahkan oleh estetika zaman

Atau malah tak mau menutup aurat karena bertentangan dengan estetika, norak lah ketua'an lah.

Maka antara etika dan estetika harus dalam takaran logika yang proporsional

 

#PUSDIM Makassar
16 november 2019

 

 

Tidak ada komentar:

Jiwa-jiwa Aktivis yang terlelap, Abdul Ghani

Hari ini touring ke Pulau Arar,   bersama anak-anak muda yang ambisius, mendiskusikan berbagai gagasan. Dari sekian pembahasan terselip ba...