Selasa, 02 Maret 2021

Analisis Hermeneutik dalam lagu Aisyah Isteri Rasulullah.

 


Rasanya terlalu berlebihan jika lagu seperti ini ingin dilakukan pendekatan secara teoretis, tapi pada kenyataannya lagu ini menjadi trending serta turut memberi pengaruh secara Psikis bagi pendengarnya. Dalam Psiko analisisnya Freud bahwa manusia secara deterministik ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari, dorongan biologis dan naluri. Manusia tidak disetir oleh apa yang dianggap benar melainkan apa yang dia suka. Tak jarang banyak orang mengabaikan rasionalitasnya demi kehendak naluri. Saya pada dasarnya tak tertarik membahas hal semacam lagu ini karena kurang berfaedah. Tapi melihat lingkungan disekitar, membuat banyak anak muda merasa terrangsang alam bawah sadarnya karena lagu ini. Karena kebetulan sekarang adalah momentum santai dengan banyak waktu luang, anggap saja ini sebagai bacaan ringan yang menemani rebahan.

Lagu Aisyah Isteri Rasulullah, Dari dua nama itu jelas terdengar subhanAllah. Bagaimana tidak, Muhammad adalah Nabi, dan Aisyah adalah krikterianya. Tapi demi melakukan pemahaman mendalam dan mengungkap makna dibalik teks, keberpihakan subjektiv harus dipinggirkan dulu.

Sifat dari teks ialah ia tidak selalu hadir sebagai dirinya, ada makna yang dibawanya. dan Cara orang menyampaikan turut memberi andil terhadap pemberian makna. Walau bagi Paul Ricoeur untuk memahami teks kita perlu melakukan Distansi atau mengambil jarak antara subjek dengan teks sehingga subjektivitas tak mereduksi makna. Tapi, bagi Gadamer tak ada yang bisa melepaskan diri dari dari subjektivitas, baik itu penutur maupun yang menangkap tuturan. Selalu ada tendensi orang melahirkan Wacana begitupun yg menangkap lalu memberi makna. Apakah itu tendensi historis, politik, romantic, dan lain-lain. Dalam hermeneutika Ricoeur, untuk memahami Wacana dan tindakan ia menjelaskan tiga istilah

1.      Lokusi : yaitu tindakan tutur untuk menyatakan sesuatu yg sifatnya informatif

2.      Ilokusi : yaitu tutur informatif sekaligus bertujuan melahirkan tindakan tertentu

3.      Perlokusi : yaitu tindakan tutur yang mempunyai efek (mendorong, memotifasi, menakut-nakuti, menipu, menghasut dan dorongan-dorongan lain)

Bagi penulis, posisi lagu ini sebagai Teks berada pada dua keadaan, yaitu Ilokusi dan Perlokusi. Dengan makna yang menipu (menjadi Aisyah Palsu), sekaligus mendorong untuk segera berrumah tangga. (Ingat kalau kamu masih pelajar atau mahasiswa, ditahan dulu).

Seseorang yang mendengarkan atau menyanyikan lagu itu mengalami dampak imajinatif. Seolah ia merasa menjadi seperti Aisyah istri Muhammad, Romantis, dan penuh kebahagiaan.  Perlu dicatat, Walau lagu itu kamu nyanyikan hingga berbusa-busa mulut, kamu putar hingga liriknya menyatu dengan telinga, dan kamu mengganti nama menjadi aisyah  kamu tidak akan pernah sama dengan Aisyah. Kamu adalah dirimu. Orang arab menebutnya Tamanni yaitu ibarat orang yang sedang digoreng dalam api neraka lalu memohon untuk dikelurkan dan dikembalikan ke duania agar beramal saleh, itu Tamanni, harapan yang tidak mungkin terwujud.

Dalam bukunya Diah Kristina, Analisis wacana kritis, ia menjelaskan Model analisis wacana Versi Van Dijk tentang kognisi sosial bahwa, teks harus diamati sejak awal mula teks itu diciptakan. Apa asumsi yang terbangun di benak produsen Teks? apa agenda yg ingin disampaikannya? Dan bagaimaa lingkungan sosial serta latar belakang akademis pembentuk pola pikir penutur hingga menghasilkan sebuah teks?

Untuk menjawab ini Van Djik membagi komponen kedalam tiga istilah yaitu Teks, kognisi sosial, dan konteks.

1.      Teks : perlu dicermati bagaimana teks itu dibuat. Dalam lagu Aisyah isteri rasulullah teks dibuat dengan bahasa semenarik mungkin sehingga dapat merasuki jantung pendengar (agar pendengar baper dan melangkolis)

2.      Kognisi Sosial : mempelajari produksi teks yang melibatkan kognisi individu. Bahwa mereka adalah penyanyi atau produser musik yang akan melakukan segala upaya agar produksinya terkenal sehingga hal itu memberi untung terhadap komunitasnya.

3.      Konteks : mengkritisi konstruksi wacana bahwa setiap format harus diasumsikan memiliki segmentasi konsumennya masing-masing. Sebelum produsen menciptakan lagu, ia harus berfikir desain seperti Apa yang bisa diterima oleh konsumen. Maka perlu persesuaian, artinya kalau produksinya seperti ini maka dalam pandangan produsen bahwa kunsumennya ya seperti itu, buktinya apa ? Itu produksinya bisa laku.

Sehingha bagian akhir dalam nalisis Teks ialah ingin mengungkap makna. Makna dari lagu Asiyah istri rasulullah yaitu produsen teks ingin eksis supaya musik-musiknya laku, dan dampaknya konsumen yang kurang saring akan terjebak rebahan (melow dan melangkolis), ingin segera seperti mereka padahal belum saatnya. Ketidak benaran pun kalau diulang-ulang secara terus menerus maka akan diterima dan dianggap sebagai kebenaran ideal, seperti lagu ini, kalau diulang-ulang pada mereka yang belum ideal dihawatirkan ada yang mau jadi Aisyah-Aisya-han dan Muhammad-Muhamma-dan bukan pada akhlaqnya yang uswatun hasanah melainkan sebagai suami-isteri ideal oleh mereka yang masih diusia dini, mengingat kenyataannya lagu ini juga sangat laku baik dari usia paruh baya bahkan sampai anak-anak. Setiap bahasa merupakan cermin dari konstruksi sosial. Kembali ke Psiko analisisnya Freud bahwa manusia dikendalikan oleh oleh sesuatu yang disukai yang tertanam di alam bawah sadarnya, apa jadinya jika semua anak-anak maupun remaja dibawah umur yang suka dengan lagu semacam ini menuntut dirinya untuk menjadi demikian? Jangankan anak-anak, orang-orang tua saja dihadapan apa yang diingini rasionalitasnya menjadi tak berdaya.

Saya berasumsi, seandainya Nabi Muhammad dan Aisyah masih hidup, mereka tak akan sudi namanya dinyanyikan dan diekspresikan secara sensual seperti sekarang ini. Tapi kita bebas dalam menangkap makna. Apakah Lagu itu menjadi motivasi, menggelikan, atau bikin mual itu tergantung Pra-Understanding yang dimiliki masing-masing individu.

Sementara Produktor teks semakin eksis, konsumennya terjebak rebahan. Dua keadaan yang Berbanding terbalik. Mereka untung panggungn mentasnya terbuka lebar, kamunya rugi, rugi waktu, pemikiran, maupun perasaan diarahkan untuk mengahayal.

Kalau mau jadi Aisyah, jangan hanya lihat aspek Rumah tangganya saja, perhatikan juga aspek lain. Ia adalah perempuan cerdas yang menghafal banyak hadis. Kamu, berapa buku yang sudah dibaca.? Aisyah adalah Ummul Mukminin yang pernah melakukan konsolidasi besar,  memimpin perang menuntut keadilan dan kebenaran. Kamu ? sudahkah perang melawan rasa malas, rasa jenuh, dan rasa-rasa yang menghambatmu untuk maju. ? Lalu modal kamu jadi Aisyah apa? Rebahan?!

4 april 2020

 

Tidak ada komentar:

Jiwa-jiwa Aktivis yang terlelap, Abdul Ghani

Hari ini touring ke Pulau Arar,   bersama anak-anak muda yang ambisius, mendiskusikan berbagai gagasan. Dari sekian pembahasan terselip ba...