Rasanya terlalu berlebihan jika lagu seperti ini ingin dilakukan pendekatan secara teoretis, tapi pada kenyataannya lagu ini menjadi trending serta turut memberi pengaruh secara Psikis bagi pendengarnya. Dalam Psiko analisisnya Freud bahwa manusia secara deterministik ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari, dorongan biologis dan naluri. Manusia tidak disetir oleh apa yang dianggap benar melainkan apa yang dia suka. Tak jarang banyak orang mengabaikan rasionalitasnya demi kehendak naluri. Saya pada dasarnya tak tertarik membahas hal semacam lagu ini karena kurang berfaedah. Tapi melihat lingkungan disekitar, membuat banyak anak muda merasa terrangsang alam bawah sadarnya karena lagu ini. Karena kebetulan sekarang adalah momentum santai dengan banyak waktu luang, anggap saja ini sebagai bacaan ringan yang menemani rebahan.
Lagu Aisyah Isteri Rasulullah, Dari dua nama itu jelas terdengar
subhanAllah. Bagaimana tidak, Muhammad adalah Nabi, dan Aisyah adalah
krikterianya. Tapi demi melakukan pemahaman mendalam dan mengungkap makna
dibalik teks, keberpihakan subjektiv harus dipinggirkan dulu.
Sifat dari teks ialah ia tidak selalu hadir sebagai dirinya, ada
makna yang dibawanya. dan Cara orang menyampaikan turut memberi andil terhadap
pemberian makna. Walau bagi Paul Ricoeur untuk memahami teks kita perlu
melakukan Distansi atau mengambil jarak antara subjek dengan teks sehingga
subjektivitas tak mereduksi makna. Tapi, bagi Gadamer tak ada yang bisa
melepaskan diri dari dari subjektivitas, baik itu penutur maupun yang menangkap
tuturan. Selalu ada tendensi orang melahirkan Wacana begitupun yg menangkap
lalu memberi makna. Apakah itu tendensi historis, politik, romantic, dan
lain-lain. Dalam hermeneutika Ricoeur, untuk memahami Wacana dan tindakan ia
menjelaskan tiga istilah
1. Lokusi : yaitu tindakan tutur untuk menyatakan sesuatu yg sifatnya
informatif
2. Ilokusi : yaitu tutur informatif sekaligus bertujuan melahirkan
tindakan tertentu
3. Perlokusi : yaitu tindakan tutur yang mempunyai efek (mendorong,
memotifasi, menakut-nakuti, menipu, menghasut dan dorongan-dorongan lain)
Bagi penulis, posisi lagu ini sebagai Teks berada pada dua
keadaan, yaitu Ilokusi dan Perlokusi. Dengan makna yang menipu (menjadi Aisyah
Palsu), sekaligus mendorong untuk segera berrumah tangga. (Ingat kalau kamu
masih pelajar atau mahasiswa, ditahan dulu).
Seseorang yang mendengarkan atau menyanyikan lagu itu mengalami
dampak imajinatif. Seolah ia merasa menjadi seperti Aisyah istri Muhammad,
Romantis, dan penuh kebahagiaan. Perlu dicatat, Walau lagu itu kamu
nyanyikan hingga berbusa-busa mulut, kamu putar hingga liriknya menyatu dengan
telinga, dan kamu mengganti nama menjadi aisyah kamu tidak akan
pernah sama dengan Aisyah. Kamu adalah dirimu. Orang arab menebutnya Tamanni
yaitu ibarat orang yang sedang digoreng dalam api neraka lalu memohon untuk
dikelurkan dan dikembalikan ke duania agar beramal saleh, itu Tamanni, harapan
yang tidak mungkin terwujud.
Dalam bukunya Diah Kristina, Analisis wacana kritis, ia
menjelaskan Model analisis wacana Versi Van Dijk tentang kognisi sosial bahwa,
teks harus diamati sejak awal mula teks itu diciptakan. Apa asumsi yang
terbangun di benak produsen Teks? apa agenda yg ingin disampaikannya? Dan
bagaimaa lingkungan sosial serta latar belakang akademis pembentuk pola pikir
penutur hingga menghasilkan sebuah teks?
Untuk menjawab ini Van Djik membagi komponen kedalam tiga istilah
yaitu Teks, kognisi sosial, dan konteks.
1. Teks : perlu dicermati bagaimana teks itu dibuat. Dalam lagu
Aisyah isteri rasulullah teks dibuat dengan bahasa semenarik mungkin sehingga
dapat merasuki jantung pendengar (agar pendengar baper dan melangkolis)
2. Kognisi Sosial : mempelajari produksi teks yang melibatkan kognisi
individu. Bahwa mereka adalah penyanyi atau produser musik yang akan melakukan
segala upaya agar produksinya terkenal sehingga hal itu memberi untung terhadap
komunitasnya.
3. Konteks : mengkritisi konstruksi wacana bahwa setiap format harus
diasumsikan memiliki segmentasi konsumennya masing-masing. Sebelum produsen
menciptakan lagu, ia harus berfikir desain seperti Apa yang bisa diterima oleh
konsumen. Maka perlu persesuaian, artinya kalau produksinya seperti ini maka
dalam pandangan produsen bahwa kunsumennya ya seperti itu, buktinya apa ? Itu
produksinya bisa laku.
Sehingha bagian akhir dalam nalisis Teks ialah ingin mengungkap
makna. Makna dari lagu Asiyah istri rasulullah yaitu produsen teks ingin eksis
supaya musik-musiknya laku, dan dampaknya konsumen yang kurang saring akan
terjebak rebahan (melow dan melangkolis), ingin segera seperti mereka padahal
belum saatnya. Ketidak benaran pun kalau diulang-ulang secara terus menerus
maka akan diterima dan dianggap sebagai kebenaran ideal, seperti lagu ini,
kalau diulang-ulang pada mereka yang belum ideal dihawatirkan ada yang mau jadi
Aisyah-Aisya-han dan Muhammad-Muhamma-dan bukan pada akhlaqnya yang uswatun
hasanah melainkan sebagai suami-isteri ideal oleh mereka yang masih diusia
dini, mengingat kenyataannya lagu ini juga sangat laku baik dari usia paruh
baya bahkan sampai anak-anak. Setiap bahasa merupakan cermin dari konstruksi
sosial. Kembali ke Psiko analisisnya Freud bahwa manusia dikendalikan oleh oleh
sesuatu yang disukai yang tertanam di alam bawah sadarnya, apa jadinya jika
semua anak-anak maupun remaja dibawah umur yang suka dengan lagu semacam ini
menuntut dirinya untuk menjadi demikian? Jangankan anak-anak, orang-orang tua
saja dihadapan apa yang diingini rasionalitasnya menjadi tak berdaya.
Saya berasumsi, seandainya Nabi Muhammad dan Aisyah masih hidup,
mereka tak akan sudi namanya dinyanyikan dan diekspresikan secara sensual
seperti sekarang ini. Tapi kita bebas dalam menangkap makna. Apakah Lagu itu
menjadi motivasi, menggelikan, atau bikin mual itu tergantung Pra-Understanding
yang dimiliki masing-masing individu.
Sementara Produktor teks semakin eksis, konsumennya terjebak
rebahan. Dua keadaan yang Berbanding terbalik. Mereka untung panggungn
mentasnya terbuka lebar, kamunya rugi, rugi waktu, pemikiran, maupun perasaan
diarahkan untuk mengahayal.
Kalau mau jadi Aisyah, jangan hanya lihat aspek Rumah tangganya
saja, perhatikan juga aspek lain. Ia adalah perempuan cerdas yang menghafal
banyak hadis. Kamu, berapa buku yang sudah dibaca.? Aisyah adalah Ummul
Mukminin yang pernah melakukan konsolidasi besar, memimpin perang
menuntut keadilan dan kebenaran. Kamu ? sudahkah perang melawan rasa malas,
rasa jenuh, dan rasa-rasa yang menghambatmu untuk maju. ? Lalu modal kamu jadi
Aisyah apa? Rebahan?!
4 april 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar