Setiap orang punya kisahnya sendiri, dan kisahku banyak diukir pada dunia pesantren.
Pahit manis, suka duka, tapi begitulah hidup.. Jika engkau keras maka hidup akan lunak padamu, jika kau lunak maka kehidupanlah yang keras padamu.
Cita tertinggi dan motivasi ku dulu adalah nyantri agar cepat selesai, dan bebas dari dunia pesantren, bagaimana tidak ia bagaikan sijnul mukminin, terpenjara 6 tahun lamanya.
ternyata setelah 5 tahun tamat, justru ku kembali mengabdikan diri ke pesantren juga lebih dari 4 tahun.. Dan sekarang benar-benar telah lepas namun pelajaran hidup tetap membekas.
Awam ku dulu, penegakan disiplin adalah kekejaman, setelah punya akal barulah rekonstruksi definisi kejam itu berubah makna menjadi tanda kasih sayang para Guru yang ingin melihat para santrinya menjadi lebih baik.
Beberapa orang tua yang belum memahami ini, menggunakan perasaan bukan akal dalam mendidik, tak jarang mrk dikontrol oleh keinginan anak padahal keinginan anak yang harusnya dikontrol oleh orang tua dengan segala kapasitas yg dimilikinya.
menangis hari ini karena keluhnya menuntut ilmu jauh lebih baik dari pada ia ditangisi di masa mendatang karena menjalani kehidupan yang jauh dari bimbingan ilmu dan agama.
Teruntuk santri2ku di IMMIM, 2 bulan lalu aku meninggalkan kalian tanpa pamit. Hanya menulis surat dan ucapan selamat tinggal serta doa yang ditempel depan pintu kamar. Ternyata surat itu mengundang kesedihan karena pergi yang hanya berjejak secarik kertas.
Selamat Hari Santri..
Sorong 22 okt. 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar