Selasa, 07 September 2021

Mengukir cerita kehidupan, Abdul Ghani


Apa yang terjadi tak selalu sejalan dengan apa yang difikirkan, apa yang didapatkan tak selalu sejalan dengan apa yang diinginkan.

Hidup ini kadang lucu, kita maunya timur yang diberi Tuhan barat. Giliran Kitanya yang mau barat ternyata rezekinya ke timur. Sulit aku menebakMu Tuhan. Kadang aku kebingungan yang mana dari sekian realita ini yang terjadi atas intervensiMu dan yang mana atas kecerobohanku sehingga aku dapat mengerti yang mana yang aku harus syukuri dan yang mana yang harus aku koreksi.

Engkau mengajarkan kami agar bersyukur, menerima rezeki dengan hati yang lapang. Namun, disisi lain engkau mengatakan nasib itu ada ditangan kami, artinya kami punya kehendak memilih yang mana dari sekian rezekiMu. lalu Tanyaku.. Kapan harus ku terima dan kapan harus ku buat keputusanku sendiri walau melawan arus semesta.

Disatu sisi aku merasa merdeka dengan prinsip eksistensialis dimana manusia bebas mengendalikan diri berdasar kapasitasnya. Namun disisi lain bergudang teori harus ambruk dimana kapasitas tak mampu mengukur apa yang terjadi dihari esok.

Kini, aku harus belajar ulang tentang menghayati makna dari apa yang engkau perkenalkan dengan sebutan 'Taufiq' (sesuai), yaitu perlunya menghadirkan persesuaian antara keinginanku dan keinginanMu untukku atas kehendakMu.

Pada titik ini, Einstein nampaknya tak hanya saintifis, tapi juga filosofis sekaligus religius.  Terlihat dari apa yang ia kemukakan 'tak semua yang dihitung dapat diperhitungkan, tak semua yang diperhitungkan dapat dihitung'. Pemahaman awamku, bahwa dibalik usaha manusia ada Tuhan sebagai Penentu hasilnya.

Sampai pada ahirnya, Keputusan harus kubuat, dimana arus lalu-lintas,  udara yang ku hirup, dan tanah yang ku pijaki, menggiring ku untuk sampai ke tanah ini. Ku tak tau skenario apa yang Engkau siapkan untukku diatas tanah yang baru saja ku pijaki ini. Dengan kedangkalan ku, aku tetap yakin akan kebaikan tentang keseluruhan dari rencanaMu.

Engkau mengatakan fantasyiru fil ardi wabtagu min fadlillah.. Bertebaranlah di muka bumi untuk menjemput keutamaanMu (RezekiMu). Bertebaran, bukan bertumpuk atau berkerumun.

Jagalah aku untuk tetap melibatkanMu dalam tiap langkah yang kuambil. Terimakasihku padaMu karena tiap pertanyaan yang ku munajatkan selalu engkau jawab dengan caraMu. yang ku takutkan ialah jika engkau mendiamkanku disaat aku terdesak untuk terus melangkah. Lalu pada siapa lagi partner Pemberi keputusan yang tepat untukku bersandar.

Sudah menjadi rumus kehidupan paling mendasar, perubahan hanya akan dihasilkan dari 'gerakan' yaitu berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain.

Bismillahi Tawakkaltu.

Hari Pertama sudah dilewati, kini hari kedua di Tanah Sorong. Dan untuk seterusnya tak tau hingga kapan. Inilah ikhtiarku. TakdirMu yang menggiringku untuk menjalani amanah baru ini.

Sejak mei 2012 pertama kali kaki berpijak di pulau sulawesi, hingga kini september 2021 pijakan harus ku angkat untuk sampai pada titik yang lain. 

Makassar,, tanah yang baik, ada banyak cerita di tanah ini. dan sekali lagi syukurku ialah telah diperjumpakan dengan orang-orang baik pada setiap tempat yang telah dan yang hendak ku tuju.

Selanjunya ku akan memainkan peranku mengikuti skenarioMu. Mengalir seperti air. Mengikuti arus yang Engkau takdirkan.

hidup ialah tentang datang dan pergi, mengukir cerita, lalu memberi makna pada setiap lembaran, hingga ceritamu layak dikenang atau entah mungkin dilupakan.(Abdul Ghani, Dosen UNIMUDA Sorong)


Sorong, 7 september 2021

Abdul Ghani (Dosen UNIMUDA Sorong)

Jiwa-jiwa Aktivis yang terlelap, Abdul Ghani

Hari ini touring ke Pulau Arar,   bersama anak-anak muda yang ambisius, mendiskusikan berbagai gagasan. Dari sekian pembahasan terselip ba...