Kemanusiaan berjalan dengan sebelah kaki tak dapat berdiri Tegak
Mengawali narasi singkat ini, saya mengutib Qs 2 : 120 :
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ
"Dan orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti Millah mereka.
Dan pada banyak ayat lain Bani Israil disebut sebagai ummat yang tak mau bersyukur (tidak berterimakasih atau merasa puas).
'Bani Israil' pada dasarnya ialah nama yang sangat religius. Bermakna Anak-keturunannya Israel. Siapa Israel ? Dalam bahasa ibrani Isra bermakna Hamba dan El bermakna Tuhan. Israel ialah Hamba Tuhan yang sepadan dengan Abdullah dalam Bahasa Arab bermakna Hamba Allah. Israel ialah julukan pada Nabi Ya'kub as. Dan istilah bani israil ialah anak keturunan Ya'kub. Yang paling masyhur ialah Yahudi dari Yahuda anak ke 4 dari Bani Israil yang keturunannya mendominasi kisah anak Ya'kub.
Ketidak-relaan Yahudi (atas ajaran Muhammad) menggunakan lafaz (لن) sekali-kali tidak akan pernah sampai kapan pun, sementara nasrani dalam ayat tersebut diperantarai oleh (و Atof) bermakna sama-sama tidak rela namun setelah lafaz Nashara (Nashrani) hanya menggunakan (لا = tidak) masih ringan ketidak relaannya daripada لن (tidak akan pernah rela). Mungkin itu salah satu alasan mengapa sangat jarang dan hampir tidak pernah terdengar 'Yahudi memeluk Islam' dari pada Nashrani yang sering disaksikan dimana-mana banyak yang Muallaf.
Orang yang melihat secara skriptual menyadari bahwa konfrontasi Yahudi atas palestine sebagai realita yang menerjemahkan diri secara konsisten berdasar berita yang pernah dikabarkan Tuhan (لن) 'sekali-kali' tidak akan pernah berahir kecuali dengan berahirnya kehidupan.
Spekulasi apapun yang dibangun oleh Zionis, orentalis maupun liberalis tak akan pernah bisa membenarkan pembantaian atas nyawa Manusia. Tak perlu menjadi Muslim untuk membela palestine, cukup kita menjadi manusia. Kalaupun tidak bersaudara karena satu keyakinan, atau tidak bersaudara karena berbeda Tanah Air, satu hal yang penting bahwa kita masih bersaudara karena sesama Manusia.
Dunia tak seharusnya menutup mata atas realita, nyawa demi nyawa direnggut. Pembunuhan oleh yahudi dibenarkan dengan dalil bukan soal keyakinan tapi persoalan perbatasan wilayah (politik) 'kalian tak perlu ikut campur', disisi lain ekspansi dilakukan atas doktrin keyakinan mereka bahwa mereka kembali kepada Tanah yang dijanjikan (dalam kitab suci mereka) sebagai hak atas warisan nenek moyang.
Inilah salah satu brand berfikir yang pernah dikritik tajam oleh jamaluddin al-Afghani, bahwa nasionalis barat dibanggakan sebagai negarawan, sementara nasionalis timur (Dunia Islam) dipropagandakan sebagai teroris. Kekurangan baju seperti di Papua bagi mereka itu adalah terbelakang, tapi hampir tidak berpakean di Pantai bali dimaknai itulah kemajuan.
Pembulian atas Idiom kerap terjadi, satu tindakan yang sama tapi memiliki makna berbeda ketika dilakoni oleh aktor berbeda. Ini akan menjadi yang saya sebut sebagai 'kebrengsekan berfikir' jika diadopsi juga oleh generasi tanah air. Yah begitulah, kita terkadang asyik menjebak diri untuk berapologi dibawah inferioritas. Bermental kalah tapi masih turut juga membenarkan kekalahan dengan mengusung diri sebagai moderat dan melirik-lirik siapa sih si 'Radikal' dan ekstrimis. Padahal bulshit, bagi saya itu hanya stigma yang belum muve on atas prodak propaganda yang justeru semakin menciptakan sekat berfikir. Sejak zaman penjajahan belanda pola menghadap-hadapkan sudah sering terjadi dengan istilah devide et impera, dimana pribumi dibuat tak lagi memikirkan siapa musuh bersama tapi malah saling memusuhi sesama, maraklah perpecahan.
Stop mengonsumsi idiom yang menikam diri, yang memperlebar kesenjangan persaudaraan. menjadi terang bukan dengan membakar tapi kamulah yang harus bersinar. Menjadi benar tak perlu menyalah-nyalahkan tapi tampilah dengan jujur apa adanya. Dihadapan kita Ada hal besar yang lebih membutuhkan perhatian dari pada sibuk menunjuk atau menfatwa sana-sini. Menggagas masa depan yang visioner jauh lebih penting dari pada sibuk memberi predikat pada orang lain. Bersikap inklusif, ideal, moderat, tak perlu diikutkan dengan rasa sinis pada mereka yang dinilai berseberangan, cukup tampillah sebagaimana cara engkau berfikir.
Mungkin kita harus mengambil salah satu hikmah mengapa Nabi muhammad saw tidak menyatukan manusia dibawah panji kemanusiaan semata seperti sosialisme, sy membenarkan anggapan bahwa doktrin sosialisme hanya akan semakin mempertajam kelas, masyarakat tanpa kelas yang semakin menciptakan kelas, kaum proletar diajari untuk membenci kaum borjuis, buruh didoktrin untuk memusuhi kapital, yang pada puncaknya proletar jika menumbangkan borjuasi akan membentuk diri sebagai borjuasi baru. lihat China, sosialis tapi kapitalis, endingnya sama saja. Maka perjuangan Muhammad bukan sekedar sosialis karena ada potensi terciptanya sekat berfikir dan permusuhan kelas antara proletar dan borjuis, maka لا اله الا الله kalimat persatuan tanpa sekat tanpa kelas.
Mereka yang berkorban nyawa mempertahankan wilayah, tak punya senjata lemparan batupun jadi senjata, melawan peluru hanya dengan berdemonstrasi karena tak kuasa anak, istri, rumah, dan tempat mereka dilahirkan diambil alih tak kenal kompromi. Siapa sebenarnya yang teroris. Ini harusnya menjadi PR kemanusiaan bagi dunia Internasional. Barat yang begitu lantang meneriakan Humanisme menjadi Kalem-adem ketika dehumanisasi dilakukan oleh mereka yang se-Genre dengannya. Kemanusiaan masing berjalan dengan sebelah kaki, pincang tak dapat berdiri tegak.
Kebenaran harus terus disuarakan, pembunuhan tak boleh dibenarkan, kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan. Tak ada satu manusiapun yang dilahirkan oleh ibunya sebagai budak, seluruhnya adalah Merdeka, manusia yang memperbudak manusia ia mengingkari kemanusiaannya. Dunia harus bersikap, sampai kapan kemerdekaan sebuah bangsa ditentukan dan dimonopoli oleh segelintir adidaya. Bukankah mereka juga manusia ?
Amanat undang-undang dasar kita 'kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu Penjajahan diatas dunia haruslah dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dulu Palestin sudah dengan gagah berani mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berhak berdaulat, sekarang pengakuan yang sama mereka butuhkan untuk menjalani kehidupan yang layak sebagai Manusia.
Mari mangambil bagian menyuarakan kebenaran dan menolong saudara kita berdasarkan kapasitas. jangan dulu level mengorbankan nyawa kesana, toh semua orang akan mati, namun sudikah kita berkorban harta untuk mebantu saudara-saudara kita. Seribu rupiah tak terlalu berarti bagi anda namun begitu berarti bagi saudara kita di palestine. (paragraf terahir ialah Pelajaran penuh hikmah dari Kh Ahmad Dahlan).
#Persaudaraan karena sesama Manusia tak mengenal batas teritorial dan batas keyakinan. Kemerdekaan untuk Palestina🤲
Abdul Ghani
Rabu, 19 Mei 2021
Abdul Ghani (Dosen UNIMUDA SOrong)